Wacana dan Permasalahannya



A.    Pengertian Wacana
Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Disamping itu, Hawthorn (1992) juga mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas prsonal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan Edmondson (1981:4) mengemukakan bahwa wacana adalah suatu peristiwa berstruktur yang dimanifestasikan dalam prilaku linguistik (yang lainnya), sedangkan teks adalah suatu urutan ekspresi-ekspresi linguistik terstruktur yang membentuk suatu keseluruhan yang padu uniter.
Menurut Alwi dkk (2003:419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk satu kesatuan.
Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dngan kata lain, unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat: apa yang disebut teks bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran atau utterance (Strubbs, 1983:10).
Wacana menurut krida laksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993:231) adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat yang lengkap.
Demikian, telah diuraikan pengertian wacana yang diambil dari pendapat ahli dan berbagai sumber. Dari pendapat-pendapat itu dapat kita simpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan terbesar/tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.

B.     Permasalahan dan Solusi dalam Wacana
Permasalah atau kesalahan dalam tataran wacana dapat meliputi:
1.      Kesalahan dalam Kohesi
1.1. Kesalahan Penggunaan Pengacuan
(a)    Karena mengantuk, Anggoro terjatuh ke sungai. Ayahnya mencoba menolong mereka
(b)   Rombongan darmawisata itu mula-mula mendatangi Pulau Madura. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali.
Contoh wacana (a) di atas salah dalam menggunakan pengacuan. Penggunaan pengacuan yang tepat dalam wacana (a) bukan mereka tetapi dia. Sedangakan wacana (b) sudah tepat karena kata mereka mengacu pada rombongan darmawisata.
1.2   Kesalahan Penggunaan Penyulihan
(c)    Rio dan rian merupakan adalah peljar di SMA NUSAKAMBANGAN. Setelah lulus SMA rio ingin bekerja di Hongkong. Rian juga seperti itu. Ternyata keinginan mereka itu berdada.
Penggunaan kata-kata penyulihan dalam wacana ini kurang tepat. Sharusnya pnyulihan yang tepat untuk wacana trsebut adalah sama. Karena mereka memiliki keinginan yang sama untuk kerja di Hongkong.
1.3 Tidak ada pelesapan
(d)   Sudah seminggu ini Rohmah sering ke rumahku. Rohmah kadang-kadang mengantar jajana dan berbincang denganku. Dia belum pernah berbincang denganku tentang cinta. Entah mengapa, aku pun enggan menggiring perbincangan kami ke arah sana.
Kata Rohmah dalam wacan di atas penggunaanya kurang efektif. Maka sebaiknya kata Rohmah dilesapkan saja. Shingga wacana di atas menjadi:
(e)    Sudah seminggu ini Rohmah sering kerumah. Kadang-kadang mengantarkan jajanan dan berbincang denganku. Dia belum pernah berbincang denganku tentang cinta. Entah mengapa, aku pun enggan mengiring perbincangan ke arah sana.
1.4  Kesalahan penggunaan konjungsi
(f)    Pamanku memang berifat sosial untuk pemurah. Beliau rela menyumbang paling sedikit satu juta rupiah untuk pembangunan rumah ibadah.
Dalam wacana di atas bila kita cermati, akan kita temukan kesalahan dalam penggunaan konjungsi. Tepatnya pada kalimat Pamanku mmeang berifat sosial untuk pemurah. Seharusnya menggunakan konjungsi dan.
2        Kesalahan dalam Kohernsi
 Wacana tidak koherns
(g)   Aku diam. Diam seribu bahasa. Bahasa indonesia merupakan bahasa kedua bagi sebagian besar pnduduk di Indonesia. Indonesia diproklamasikan oleh Sokarno-Hatta. Soekarno-Hatta banyai dipakai sebagai nama jalan. Jalan pelan-pelan banyak anak kecil.
Kekoherensian tidak kita temukan dalam kedua wacana tersbut. Dalam kedua wacana tersebut sring menggunakan pengulangan, tetapi pengulangan tersebut tidak mendukung sebuah gagasan.
Contoh sebuah wacana yang koherens adalah berikut:
(h)   Banyak pahlawan bangsa dimakamkan di pmakaman itu. Mereka gugur dalam pertempuran mlawan penjajah. Sungguh besar jasa para pahlawan itu untuk negeri ini.
3        Tidak ada keutuhan, ketrpautan maupun kesinambungan bahasa
(i)     “kekerapan pemakain sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir tak terdengar lagi dan pada masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang dari pemakaian”.
(j)     “perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakan lagi pada masa sekarang ini. Bahasa indonesia haruslah tidak boleh kehilangan identitasnya sbagai bahasa bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak dalam bahasa tulis”.
Dari kedua wacana di atas, contoh wacana (i) merupakan sbuah wacana yang utuh karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pertama telah menghubungkan klausa itu dengan klausa pertama. Karena hal itu mengacu pada kekerapan pemakaian kata yang trdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan informasi pada kalimat pertama.
Contoh (j) bukan sebuah wacana karena kalmat-kalimat di dalamnya tidak menunjukkan adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Stiap kalimat pembntukannya berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di antara proposisi yang terdapat pada kalimat lainnya.







DAFTAR PUSTAKA
Setyawati, Nanik. 2012. Analisis ksalahan berbahasa indonesia teori dan praktik. Surakarta: Yuma pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa.
Aprilisnsyah, Beni. http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-wacana-dan-macam-macamnya.html. (diakses pada 10 Juni 2013 pukul 20:43).

Komentar