A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu hambatan dalam proses komunikasi
adalah kurangnya keterampilan berbahasa. Wujud kurangnya keterampilan berbahasa
itu antara lain disebabkan oleh kesalahan-kesalahan berbahasa.
Kesalahan-kesalahan berbahasa ini menyebabkan gangguan terhadap peristiwa
komunikasi, kecuali dalam hal pemakaian bahasa secara khusus seperti dalam
lawak, jenis iklan tertentu, serta dalam puisi. Dalam pemakaian bahasa secara
khusus itu, kadang-kadang kesalahan berbahasa sengaja dibuat atau disadari oleh
penutur untuk mencapa efek tertentu sepeti lucu, menarik perhatian dan
mendorong berpikir lebih intens.
Dewasa ini, bahasa Indonesia seringkali digunakan
tanpa memperhatikan bidang-bidang dalam linguistik yang pada dasarnya harus
dipahami sehingga seringkali pembelajaran bahasa yang dimaksudkan untuk
berbagai kepentingan, baik untuk pengajaran maupun sebagai alat komunikasi,
dijumpai berbagai permasalahan sehingga penguasaan bahasa Indonesia baik
dari segi penguasaan lisan maupun tertulis dapat menimbulkan keberagaman bahkan
kesalahpahaman makna dalam berbahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai pengajaran maupun sebagai alat komunikasi tidak mudah dicapai
karena dalam proses pembelajarannya pastilah dijumpai banyak permasalahan.
Salah satu permasalahan itu berupa kesalahan-kesalahan berbahasa, diantaranya
kesalahan dari segi fonologi dan morfologi. Apabila kesalahan-kesalahan tidak
segera di identifikasi, akan mengakibatkan kendala berkelanjutan dalam proses
berbahasa.
Bahasa sebagai alat komonikasi
tidak diragukan lagi keampuhannya. Dibandingkan dengan media komunikasi lainnya
seperti isyarat, lambang, dan sebagainya, betapa pun canggihnya, tetap bahasa
itu memIliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi baik lisan maupun
tertulis. Manusia sebagai makhluk pencerita (homo fabulans) senantiasa ingin
menyampaikan segala sesuatu yang ada dalam benak atau perasaannya kepada orang
lain melalui bahasa. Dalam proses transformasi pesan dari individu pihak
komunikator kepada individu atau pihak lainnya sebagai komunikan inilah sering
terjadi kesalahan, terutama dalam bahasa tulis yang merupakan rekaman dari
bahasa lisan itu.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
Ditinjau dari segi sampainya pesan, kesalahan berbahasa lisan kurang terasa salahnya karena dalam komunikasi ini dapat dibantu dengan mimik ( gerak air muka ) serta panto mimik, gestur ( gerak anggota tubuh ), atau isyarat lainnya, atau karena Si Pemesan itu memiliki sikap bahasa yang penting asal orang mengerti. Lain halnya dengan komunikasi tulisan, kesalahan ini akan terasa sekali, karena bahasa tulis memerlukan kelengkapan fungtuasi atau tanda baca, keakuratan diksi atau pilihan kata, ketepatan struktur baik kata ( morfologi ) maupun kalimat atau sintaksis. Kesalahan berbahasa ini akan berakibat pada gagalnya penyampaian pesan karena salah tafsir, tidak mengerti apa yang disampaikan, hamburnya ( mubazirnya ) kata atau kalimat, bahasa tidak efesien dan efektif lagi sebagai alat komunikasi dan berpikir. Tidak menutup kemungkinan kesalahan berbahasa akan menimbulkan kesalahan fatal dari pendengar atau pembaca terhadap pemaknaan pesan dari penutur atau penulis sehingga terjadi konflik dan sebagainya.
Mengingat adanya masalah dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengenai kesalahan-kesalahan yang
dihadapi, penulis berusaha untuk menganalisa permasalahan kesalahan-kesalahan
berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para penutur bahasa Indonesia baik
sebagai bahan pengajaran maupun sebagai alat komunikasi agar
kesalahan-kesalahan itu berkurang. Orientasi analisis ini adalah dengan di
identifikasinya kesalahan-kesalahan berbahasa mereka, dari segi fonologi dan
morfologi.
PEMBAHASAN
A.
Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang
menyelidiki tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya.
Istilah
fonologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu Phone yang berarti bunyi dan logos
yang berarti tataran, kata atau ilmu
disebut juga tata bunyi.
Bidang ini meliputi dua bagian:
1.
Fonetik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat
ucap manusia.
2.
Fonemik, yaitu bagian fonologi yang
mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.
Fonemik yaitu
kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Chaer
mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi
membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u]; dan [r],
[a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang
pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi[r]. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda
dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan fonologi:
1.
Fona
Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti
membedakan arti.
2.
Fonem
Fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan
arti.
3.
Alofon
Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki.
4.
Huruf
Gambar atau lambang fonem.
5.
Vokal dan Konsonan
Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar tanpa rintangan.
Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan
menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang dimaksud dengan rintangan
dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan
posisi artikulator.
6.
Diftong
Diftong adalah dua vokal beurutan yang
diucapkan dalam satu kesatuan waktu. Diftong dalam babasa Indonesia adalah ai
,au, dan oi.
Contoh : petai, lantai, pantai,
santai, harimau, kerbau, imbau, pulau, amboi.
Untuk menghasilkan suatu bunyi atau
fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :
1. udara,
2. artikulator atau bagian alat ucap
yang bergerak, dan
3. titik artikulasi atau bagian alat
ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Fonem dan
Pembuktiannya
Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang
berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal.
Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras
minimal.
Contoh :
- pola & pula yang membedakan /o/ dan /u/
- barang & parang yang membedakan /b/ dan /p/
Fonem dan
Huruf
Bahasa Indonesia memakai ejaan
fonemis, artinya setiap hunuf melambangkan satu fonem. Namun demikian masih
terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf (dua hunuf melambangkan
satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh.
Di samping itu ada pula diafon (satu
huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan untuk
menyatakan e pepet dan e taling.
Huruf e melambangkan e pepet
terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi. Huruf e melambangkan
e taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng
Cara pendekatan fonetik
1.
Auditoris
Penyelidikan
bunyi bahasa yang ditanggapi oleh alat pendengar manusia
2.
Akustis
Penyelidikan
bunyi bahasa yang keluar dari rongga mulut berupa gelombang-gelombang bunyi
bahasa
3.
Artikulatoris
Penyelidikan
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
Macam-macam
alat ucap
1.
Artikulator
Yaitu alat
ucap yang biasa digerakkan (aktif)
2.
Titik artikulasi
Yaitu alat
ucap yang disentuh oleh articulator
Contoh bunyi
[c]
Udara
mengalir dari paru-paru, sementara itu ujung lidah (epex) bergerak menyentuh
langit-langit keras akibatnya udara terhalang.
Ujung lidah
merupakan articulator dan langit-langit keras merupakan titik artikulasi.
B.
Kasus dan Permasalahan
Berbahasa
Permasalahan atau kesalahan berbahasa dari segi fonologi adalah kesalahan
berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari
karena perbedaan penangkapan makna.
Kesalahan
bahasa dari segi fonologi merupakan kesalahan dalam pengucapan atau penuturan.
Macam-macam permasalahan berbahasa
1.
Pada vocal
Kesalahan
pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan oleh
penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan
ciri khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang
pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda-beda.
Contoh:
Pada vokal
e, terkadang disebut dengan è atau é.
Misalnya,
kata “pilèk”
Orang yang
berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek” sedangkan kebudayaan Sumatra, Flores, dan daerah luar
jawa akan mengatakan “pilék”.
Orang yang
berkebudayaan Ambon atau Maluku akan mengatakan kata “beta”, sedangkan kebudayaan
Jawa, Sumatra, Bali akan mengatakan “béta”
2.
Pada konsonan
Kesalahan pengucapan pada
konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat
dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2).
Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
1.
Keadaan Pita Suara
Karakteristik
dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi. Ada
konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang
lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
2.
Daerah Artikulasi
Artikulasi atau pembentukan vokal,
dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui pita suara dibentuk menjadi
suara yang dipakai untuk berbicara dibantu oleh organ-organ bicara seperti
bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf
Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran suara yang
terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah,
bibir dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf
Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang
lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup
secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada
titik-titik tertentu.
Contohnya:
Penyebutan nama kota misalnya;
Bandung menjadi mBandung, Demak menjadi nDemak, Batang menjadi mBatang.
Penyebutan nama benda:
kretek menjadi kredek (jembatan)
Parut menjadi parrut (alat untuk memarut kelapa)
Greji menjadi graji (alat untuk memotong kayu)
3.
Cara artikulasi
Kesulitan pada Artikulasi atau
pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian),
misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu
menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct
(tidak jelas); dan addition (penambahan).
Pada kasus ini, seseorang yang
mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan kesalahan dalam
berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.
3.
Kesalahan Ucapan
Kesalahan ucapan adalah
kesalahan mengucapkan kata hingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan
menimbulkan perbedaan makna.
Misalnya:
Enam diucapkan anam, anem
Saudara diucapkan sudara,
sodara
Rabu diucapkan rebo
Telur diucapkan telor
Mengubah diucapkan mengobah
4.
Kesalaham ejaan
Kesalahan menuliskan kata atau
kesalahan menggunakan tanda baca
Contoh:
Mengetengahkan ditulis
mengketengahkan
Mengesampingkan ditulis
mengeyampingkan
Melihat-lihat ditulis
me-lihat-lihat
Mempertanggungjawabkan ditulis
mempertanggung jawabkan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesalahan
berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang
meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa
Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam
buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Kesalahan berbahasa terjadi karena :
1.
belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan
2.
faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa
yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi
secara konsisten dan sistematis
3.
akibat kebiasaan berbahasa ( language habit ) yang salah sehingga terjadi
kesalahan berbahasa ( language error)
4.
karena perbedaan struktur bahasa ibu dengan bahasa yang digunakannya dalam
pergaulan atau komunikasi resmi (kesalahan dwibahasawan)
Analisis
kesalahan berbahasa dapat dipandang dari segi fonologi dan morfologi, dimana kesalahan
tersebut harus segera diadakan ralat/pembenaran agar kesalahan yang terjadi
dalam berbahasa tidak semakin fatal.
B.
Saran
Agar
kesalahan berbahasa tidak semakin fatal, maka ketika kesalahan tersebut telah
terjadi dan diketahui, hendaknya segera dilakukan alternatif pembenaran/ralat
dan dianalisis dimana letak kesalahan yang terjadi sehingga dapat berbahasa
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer Abdul.
2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Roysa, Mila.
2010. Handout Perkuliahan Linguistik Umum.
Semarang: Handout.
Siswanto.
2010. Pengantar Fonologi Bahasa Indonesia.
Semarang: Handout.
Surya Eka Setiawan.
Kesalahan-kesalahan berbahasa. http://suryaekasetiawan. blogspot.com/2011/05/kesalahan-kesalahan-berbahasa-indonesia.html (online) Diakses
pada tanggal 19 Maret 2013 pukul19.45.
Komentar
Posting Komentar